The Sims Sebagai Simulasi Kehidupan Kapitalis – Halo Sobat Amazing animations! Kamu mungkin sering mendengar bahwa The Sims adalah “simulasi kehidupan”. Tapi kalau kita perhatikan lebih dalam, game ini bukan sekadar menggambarkan hidup—ia menggambarkan hidup dalam struktur ekonomi tertentu. Dan struktur itu sangat mendekati kapitalisme modern: kerja-untuk-upah, konsumsi sebagai makna, dan status sosial yang dibangun lewat barang materi.
Namun sebelum kita menelan mentah-mentah klaim “The Sims adalah simulasi kapitalisme”, kita perlu menguji asumsi tersebut.
Apakah game ini benar-benar mencerminkan kapitalisme? Atau kita hanya memproyeksikan kritik sosial ke permainan yang sebenarnya netral?
Mari kita bongkar secara kritis dan menyeluruh.
1. Ekonomi The Sims: Kerja, Upah, dan Ambisi
Di dunia The Sims, satu-satunya jalan utama untuk bertahan hidup adalah bekerja.
- Penghasilan datang dari karier (dari barista hingga astronot).
- Promosi bergantung pada skill, networking, dan mood.
- Semakin tinggi karier, semakin besar pendapatan.
- Tanpa pekerjaan, Sim kesulitan membayar tagihan atau membeli furnitur.
Ini sangat mencerminkan kapitalisme industri dan post-industri.
Namun mari kita tantang asumsi bahwa mekanik ini “murni kapitalis”.
Kontra-argumen:
- Tidak ada pengangguran struktural; Sim selalu bisa kerja.
- Kesejahteraan minimal dijamin karena Sim tidak bisa mati karena miskin (kecuali kelaparan akibat player).
- Tidak ada inflasi, tidak ada hutang bunga, tidak ada biaya kesehatan realistis.
Artinya, The Sims hanyalah versi steril kapitalisme, tanpa penderitaan sistemik.
Tetapi justru karena distorsi itu, kita bisa melihat bagaimana game ini:
- menormalisasi kerja sebagai identitas,
- menjadikan produktivitas sebagai inti kehidupan,
- menyamakan kesuksesan dengan kenaikan gaji.
Kapitalisme yang rapi—bukan kapitalisme yang religius, tetapi kapitalisme yang diromantisasi.
2. Konsumsi sebagai Makna Hidup: Furnitur, Rumah, Upgrade
Setiap pemain tahu bahwa The Sims adalah game dekorasi yang berkedok simulasi hidup.
- membeli sofa baru membuat hidup lebih “bernilai”,
- rumah lebih besar dianggap lebih sukses,
- upgrade kitchen meningkatkan status,
- konsumsi mempercepat progres naratif.
Ini mencerminkan kapitalisme konsumtif:
kebahagiaan diukur lewat barang.
Tetapi pertanyaan kritisnya:
Apakah ini kritik atau sekadar konsekuensi desain game?
Kontra-argumen:
- game butuh reward system; konsumsi adalah reward paling mudah,
- kepuasan mati rasa jika tidak diberi objek material,
- pemain memang menyukai dekorasi, bukan ideologi.
Namun tetap saja, pola itu memperkuat narasi bahwa:
- identitas = properti,
- ekspresi diri = konsumsi,
- prestasi = rumah tiga lantai.
The Sims tidak mengajarkan kapitalisme; ia membiasakannya.
3. Waktu sebagai Mata Uang: Efisiensi ala Kapitalisme
Dalam The Sims 4, setiap jam berarti produktivitas:
- tidur yang efisien = karier lancar,
- mood baik = dapat bonus performa,
- skill grinding menjadi kebutuhan,
- waktu luang adalah “biaya peluang”.
Waktu dalam The Sims tidak netral; ia bernilai ekonomi.
Seorang skeptis mungkin bertanya:
“Bukankah semua game punya mekanik waktu?”
Benar, tetapi The Sims secara eksplisit menautkannya pada kesuksesan ekonomi:
- semakin efisien Sim mengatur waktu, semakin cepat ia naik jabatan,
- waktu yang boros menghambat kekayaan,
- hidup ideal = hidup yang dioptimalkan.
Ini adalah logika kapitalisme neoliberal:
waktu bukan kehidupan, melainkan investasi.
4. Meritokrasi Maya: Kerja Keras = Sukses (Benarkah?)
Salah satu mitos besar kapitalisme adalah meritokrasi.
The Sims menirunya persis:
- Sim yang rajin akan naik jabatan,
- Sim yang malas stagnan,
- tidak ada struktur sosial yang menghalangi Sim sukses,
- semua skill bisa dipelajari oleh siapa pun.
Ini menciptakan ilusi bahwa sukses hanyalah fungsi usaha.
Kita harus mengkritiknya:
- dunia nyata penuh hambatan struktural (ras, gender, kelas),
- meritokrasi jauh dari kenyataan,
- privilese menentukan peluang.
Dalam The Sims, semua Sim lahir dengan level playing field.
Sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam kehidupan kapitalis nyata.
Ironisnya, The Sims justru memperlihatkan fantasi kapitalis:
kesetaraan kesempatan yang tidak pernah ada.
5. Tagihan, Pajak, dan Keuangan: Kapitalisme Ringan-Ringan
Sim harus membayar:
- tagihan listrik,
- pajak properti,
- biaya lot,
- biaya upgrade.
Sekilas ini terlihat seperti realisme kapitalis.
Namun seluruh sistemnya bergaya “kapitalisme lembut”:
- utang tidak ada,
- kredit tidak ada,
- kesehatan gratis,
- pendidikan gratis,
- kecelakaan tidak memiskinkan,
- properti mudah diperoleh.
Artinya, dunia The Sims sebenarnya lebih sosialis daripada kapitalis, tetapi dibungkus dengan estetika konsumsi kapitalis.
Paradoksnya menarik:
The Sims memodelkan ekonomi kapitalis, tetapi tanpa kekerasan kapitalis yang nyata.
6. Komodifikasi Emosi dan Relasi Sosial
Di The Sims, setiap interaksi sosial:
- punya nilai,
- punya tujuan,
- punya efek gameplay.
Hubungan bukan sekadar pengalaman manusia; hubungan adalah mekanik ekonomi emosional.
Contoh:
- punya banyak teman meningkatkan peluang promosi,
- hubungan romantis meningkatkan mood,
- Sim bahagia bekerja lebih efisien.
Ini bukan deskripsi dunia nyata,
tapi refleksi bagaimana kapitalisme modern memanfaatkan:
- networking,
- performativitas sosial,
- relasi sebagai modal.
Apakah game ini mengkritik kapitalisme?
Tidak perlu. Ia sekadar memaparkannya dalam bentuk paling telanjang.
7. Komunitas Pemain sebagai Mesin Kapitalisme Nyata
EA menghasilkan keuntungan dari:
- expansion packs,
- game packs,
- kit packs,
- DLC rumah mini,
- kosmetik digital.
Ini mencerminkan kapitalisme digital paling kontemporer:
mikrotransaksi, fragmentasi konten, dan konsumerisme cepat.
Para pemain sering bercanda bahwa The Sims 4 adalah “DLC Economy”.
Namun humor itu tidak menghapus fakta bahwa game ini:
- menjual fantasi hidup,
- menjual estetika rumah,
- menjual identitas digital,
- menjual aspirasi kelas menengah.
Dalam hal ini, The Sims bukan hanya mensimulasikan kapitalisme —
ia beroperasi di dalam kapitalisme secara aktif.
Kesimpulan
The Sims memang dapat dibaca sebagai simulasi kehidupan kapitalis, tetapi itu bukan satu-satunya cara membacanya. Untuk adil secara intelektual, kita harus mengakui:
Ya, The Sims mencerminkan kapitalisme karena:
- kerja diposisikan sebagai inti kehidupan,
- konsumsi menjadi makna,
- status sosial terkait barang materi,
- meritokrasi dianggap ideal dan realistis,
- waktu adalah aset, bukan pengalaman.
Namun, asumsi itu tidak sepenuhnya tepat karena:
- tidak ada eksploitasi struktural,
- semua Sim memiliki akses pendidikan,
- pengangguran tidak eksis,
- utang tidak eksis,
- kesejahteraan dasar otomatis,
- realisme ekonomi sangat disederhanakan.
Jadi apakah The Sims adalah simulasi kapitalisme?
Jawabannya: ya—tetapi versi kapitalisme yang dipoles, tanpa ketidakadilan struktural, dan tanpa kekacauan nyata.
Jika ingin lebih ketat lagi, bisa dibilang The Sims adalah:
Fantasi kapitalisme yang steril, menggabungkan estetika konsumsi dengan ilusi meritokrasi dalam dunia yang 100% dapat dikendalikan pemain.
Kalau kamu ingin lanjut ke nomor 52 atau ingin memperdalam topik ini (misalnya: “Apakah The Sims mengubah cara pemain memahami kelas sosial?” atau “Bagaimana The Sims memodelkan gender dalam sistem kapitalis?”), tinggal bilang saja.

Leave a Reply